Konsep Dasar FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Filsafat Pendidikan
Islam
Di susunoleh :
·
Fikri Aziz (F.1110309)
·
Muktamar
Anwar(F. 1110118)
Dosen Pembimbing :
Dr. Amir Mahrudin,
M.Pd.I
Jurusan : Kependidikan
Islam
Fakultas : FKIP
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
DJUANDA
BOGOR
2012
DAFTAR ISI
BAB
I 1
A.
Daftar
Isi
B.
Devinisi
Filsafat pendidikan 1
C.
Tujuan
Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam 4
D.
Objek
kajian Filsafat Pendidikan Islam 5
1.
Secara
Makro 6
2.
Secara
Mikro
E.
Bentuk
Filsafat Pendidikan 15
F.
Daftar
Pustaka
A.
Devinisi
Filsafat Pendidikan Islam
Secara harfiah,
kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang
berarti ilmu atau hikmah.Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap
ilmu atau hikmah.Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat
bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain
yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal
dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving),
dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya
disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu,
A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya.Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal
sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut.Dari beberapa
kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau
semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan.Dengan demikian
filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau
kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.Filsafat juga memilki pengertian dari
segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau
pengertian dari segi praktis.
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli
mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek
pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda.
Ahmad D.
Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si-terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan
ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu:
1.
Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan,
pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar;
2.
Ada pendidik, pembimbing atau penolong;
3.
Ada yang di didik atau si terdidik;
4.
Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan
tersebut, dan.
5.
Dalam usaha tentu ada alat-alat yang
dipergunakan.
Sebagai suatu
agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif
dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan
sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi
pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya
mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan
diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk
mengatur masalah pendidikan.Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat
tersebut adalah Al-Qur’an dan al Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, Al-Qur’an
sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang
besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.Demikian pula dengan al
Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat
besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan
program pendidikan seumur hidup (long life education ).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam
sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist
sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan
pengajaran.Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam
upaya mengangkat martabat kehidupan manusia.Kini di akui dengan jelas bahwa
pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan
menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan
menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama
adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu
(Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al
kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.( QS.
Asy-Syura : 52 )
Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang
mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat
kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya,
serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh
kemenangan ia”[1]
Dari ayat dan hadis diatas tadi dapat diambil
kesimpulan :
- Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
- Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
- Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya
yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat
pengembangan fungsi manusia :
- Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
- Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
- Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
- Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat
diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara
filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat
para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam
secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan
ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia
bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana
dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
B.
Tujuan
Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam
·
kita
akan semangkin mandiri secara intelektual;
·
lebih
toleran terhadap sudut pandang;
·
filsafat
memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan ilmu;
·
memberikan
inspirasi yakni menyatakan tujuan pendidikan Negara bagi masyarakat;
·
memberikan
arah yang jelas dan tepat;
·
melakukan
kritik dan koreksi;
C.
Objek
Kajian (ruang lingkup) Filsafat
Pendidikan Islam
Muzayyin Arifin menyatakan
bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran
yang mendasar, sistematik.Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan,
ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan
menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Pendapat ini
memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah
masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan
pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
Secara
umum setiap ilmu memiliki objek tertentu yang dijadikan sasaran penyelidikan
(objek material) dan yang akan dipandang (objek formal).
Adapun objek yang dibahas dalam Filsafat Pendidikan Islam adalah :
- Objek Material
Yaitu sama
halnya filsafat pada umumnya objek ini adalah sesuatu yang ada, tampak ataupun
tidak tampak[2]:
- Objek yang tampak adalah dunia empiris
- Objek yang tak tampak adalah metafisika
2.
Objek
Formal
Yaitu sudut
pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang pendidikan Islam untuk
diketahui hakikatnya.
Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka bahasan, yakni :
- Secara Makro
Objek filsafat
pendidikan secara makro adalah objek filsafat itu sendiri, mencari keterangan
secara radikal mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta yang tidak dapat
dijangkau oleh pengetahuan biasa.
Dari beberapa tokoh telah mengemukakan objek bahasan dan aliran
filsafat, diantaranya[3] :
- Imam Bernadib membagi tiga sistem filsafat pendidikan Progresivisme, Esensialismae dan Parenialisme.
- M Noer Syam, mengemukakan empat aliran filsafat pendidikan progresivisme, Esensialisme, Parenialisme dan Rekonstruksion- isme
- George R Knight, membegi menjadi tiga kategori, yakni Tradisional (Idealisme, Realisme dan Neo-Skolasisme), Modern (Pragmatisme dan Eksistensialisme) dan Kontemporer (Progresivisme, Parenialisme, Esensialisme, Rekonstruksioisme dan Behaviorisme)
- Geral L Gutek, membagi aliran filsafat pendidikan berdasarkan tokoh-tokohnya yakni, Idealisme oleh Plato, Realisme oleh Aristoteles, Teistik-Realisme oleh Thomas Aquinas, Naturalisme oleh Rosseau, Pragmatisme oleh Dewey, Liberalisme oleh Locke, Konservatisme oleh Burke, Utopianisme oleh Owen, Marxisme oleh Karl Marx, Totalitarisme oelh Hitler, Parenialisme oleh Hutchins, Progresivisme oelh Kilpatrick dan Rekonstruksionisme Sosialis oleh Counts
- Secara Mikro
Adapun secara
makro adalah segala hal yang merupakan faktor-faktor dan komponen dalam
pendidikan.
Bebrapa komponen aktifitas pendidikan menurut beberapa tokoh, yakni[4] :
- Al-Syaibani
- falsafah tujuan pendidikan
- falsafahj kurikulum
- falsafah metode pendidikan
- Al'Ainain
- Ahdat at-Tarbiyah al-Islamiyah (Tujuan-tujuan pendidikan Islam)
- Maqadin at-Tarbiyah al-Islamiyah (Medan atau Lingkup Pendidikan Islam)
- Turaq at-Tarbiyah al-Islamiyah (metode-metode pendidikan Islam)
Ellis, Logan
dan Howey, membagi empat persoalan
- Purpose (Tujuan pendidikan)
- Curriculum and Method (Kurikulum dan metode pendidikan)
- Role of the Theacher (Peranan guru atau pendidik)
- Role of the school (pPeranan sekolah atau lingkungan pendidikan)
Arbi, membagi
menjadi empat persoalan pokok,
- Hakikat peserta didik
- Hakikat tujuan atau maksud pendidikan
- Hakikat kurikulum
- Hakikat Metode
Abdullah,
membagi.
- The nature of human nature (Hakikat sifat dasar manusia)
- The nature of knowledge and the role of 'aql in its acquisition (Hakikat pengetahuan dan peranan akal dalam perolehannya)
- The aims of education (Tujuan pendidikan)
- The methods of education (Metode pendidikan)
Qahar,
- Nilai-nilai yang menjadi dasar pendidikan dan pandangan hidup
- Pandangan tentang peserta didik
- Tujuan pendidikan
- Sistem dan praktek pendidikan
- Bahan pendidikan
Rasyad,
- Agama Islam (Materi)
- Pendidik
- Peserta didik
- Tujuan pendidikan Islam
- Cara-cara mendidik
- Alat pendidikan
- Lingkungan pendidikan
- Evaluasi pendidikan
Ahmad Tafsir.
- Tujuan pendidikan
- Pendidik
- Anak didik
- Alat pendidikan (Kurikulum, metode, evaluasi, gaji, peralatan berupa benda)
- Kegiatan pendidikan
Dari uraian diatas dapat diringkas yakni,
komponen pokok dalam pendidikan Islam adalah :
- Tujuan pendidikan
- Kurikulum dan program pendidikan
- Pendidik dan perserta didik
- Metode pendidikan Islam
- Lingkungan pendidikan atau kontek belajar dalam pendidikan Islam
- Tujuan pendidikan
- Kurikulum dan program pendidikan
- Pendidik dan perserta didik
- Metode pendidikan Islam
- Lingkungan pendidikan atau kontek belajar dalam pendidikan Islam
Faktor dan kompoenen pendidikan ada lima, yakni :
- Tujuan Pendidikan
- Pendidik atau Guru
- Anak didik atau murid
- Alat Pendidikan (Kurikulum, Metode dan Evaluasi), dan
- Lingkungan Pendidikan
Abudin Nata
menyebutkan objek Filsafat Pendidkan Islam secara Mikro yakni pemikiran yang
serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal
mengenai konsep-konsep pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.[5]
Sebagai mana filsafat pendidikan
pada umunya, maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran
yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan islam .filsafat
pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja
dalam bidang pendidikan dan pengajaran[6]dengan
demikian filsafat pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar
bagi bangunan sebuah sistem pendidikan islam itu sendiri.
Filsafat pendidikan yang yang
bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan islam tak dapat
dilepaskandari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak,
kemudian penyempurnaan akhlak terkait juga dengan hakikta penciptaan manusia,
yakni menjadi pengabdi allah yang setia, maka manusia juga tak dapat melepaskan
statusnya selaku khalifah allah dimuka bumi.
Misi utama kerasulan Muhammad saw.
Sebagimana disabdakan beliau sendiri, yakn untuk menyempurnakan akhlak yang
mulai.Akhlak menyangkut berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia.Nilai
kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya yakni kepada
siapa kelakuan itu ditunjukan.Selanjutnya dikemukakan oleh M. Quraish Shihab,
bahwa para filsuf dan teolog sering membahas tetntang arti baik dan buruk,
serta pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut merupakan
peilihan atu perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar kemampuannya?[7]
Selanjutnya dikemukakan M. Quraish
Shihab, bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya terdapat potensi untuk
berkelakuan baik dan juga buruk, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam
al-quran, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada
kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan, salah
satufrase dalam suart al-baqarah dinyatakan : “ untuk manusia ganjaran dari
perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang
dilakukannya.” (Q.2:286)
Potensi manusia untuk melakukan
kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan,
seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah allah ( agama-nya) yang
dinyatakan sesuai dengan fitrah asal kejadian menurut manusia[8].
Hubungan tersebuut mengacu kepada
hakikat pencipataan, akhlak mulia, dan tugas kekhalifahan yang diamanatkan
kepada manusia. Bila dirunut, maka pemikirna filsaafat pendidikan islam pada
hakikta berada permasalahan –permasalahan dari ketiga faktor dimaksud.
Bagaimana upaya agar manusia memiliki akhlak yang mulia,dengan akhlak mulia
ini, manusia mampu menempatkan diri sebagai pengabdi allah yang setia.kesetiaan
dalam pengabdian yang didisarkan atas dasar-dasar nilai akhlak ini diharapkan
pula manusia mampu mengemban amanahnya dalammenjalankan tugas sebagai khalifah
allah.
Disini terlihat, bahwa filsafat
pendidikan islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaaran
islam itu sendiri. Menurut Khursyi Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak
dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan
masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap dasar sistem pendidikan terdiri
dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma nilai-nilai tertentu,
didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu[9].
Islam sebagai agama dan pandangan
hidup Muslim, bagai manapun akan berbeda dengan pandangan hidup yang bersumber
dari ediologi sebagai produk pemikiran filsafat. Olehnya, filsafat pendidikan
islam punya karakter dan prinsip-prinsip khusus. Makanya dalam pandangan
Khursyi Ahmad, pendapat yang menyatakan bahwa meniru sistem pendidikan suatu
bangsa atau negara lain tanpa merusak sistem mereka sendiri, adalah pemahaman
yang keliru. Sesungguhnya mereka tidak bisa mengambil begitu saja mengambil
sistem pendidikan asing, kecuali jika mereka ingin menghancurkan kebudayaan
mereka sendiri[10].
Dalam pandangan Omar Mohammad
al-Toumy al-saiybani, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat
dan kaidah kaidah filsafat dalam bidang ppendidikan. Titik berat filsafat
pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan
yang menjadi dasar filsafat dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.[11]
Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip
dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor
yang berhubungan dengan upaya penyelesaian masalah pendidikan Islam. Bagaimana
pandangan Islam terhadap semuanya itu.
Selanjutnya Omar Mohammad al-Toumy
al-saiybani mengemukakan prinsip dasar kajian
filsafat pendidikan islam[12]kelima
dasar itu mencakup :
1.
Pandangan
Islam terhadapa jagat raya, meiputi pemikiran, bahwa :
a.
Pendidikan
dan tingkah laku manusia, serta akhlaknya selain dipengruhi oleh lingkungan
sosial, juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik ( benda-benda alam ).
b.
Lingkungan
dan yang termasuk jagat raya adalah segala yang diciptakan allah, baik makhluk
hidup maupun benda-benda alam.
c.
Setiap
wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yakni materi dan ruh. Dasar pemikran ini
mengarahkan filsafat pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam gaib,
alam materi dan alamruh, alam dunia dan alam akhirat.
d.
Alam
senantiasa mangalami perubahan menurut ketentuan-ketentuan pada Pencipta-nya (
sunah Allah )
e.
Keteraturan
gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam satu tatanan yang tunggal
sebagai Sunnah Allah (Sunnatullah)
f.
Alam
merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan
dirinya
g.
Pencipata
alam ( Allah ) adalah wujud yang berada diluar alam, dan memiliki kesempurnaan,
serta sama sekali terhindar dari segla cacat cela. Dengan demikian Wujud
Pencipta ( Khaliq ) berbeda dan tidak sma dengan wujud ciptaan-Nya ( makhluk ).
2.
Pandangan
Islam terhadap manusia, memuat pemikiran bahwa :
a.
Manusia
adalah makhluk ( ciptaan ) allah yang mulia, sesuai dengan hakikat kejadiannya.
b.
Manusia
diberi beban amanat sebagai kha;lifah (mandataris) allah dibumi guna memakmurkannya.
c.
Manusia
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan belajar, dan kemampuan untuk
dan mengembangkan diri
d.
Manusia
adalh makhluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani (mental) dan ruh
(spiritual).
e.
Manusia
bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetika ( faktor keturunan )
dan lingkungan yang mempengaruhinya.
f.
Manusia
memiliki faktor perbedaan individu (individual differencies).
g.
Manusia
memiliki sifat flektibilitas ( keluwesan ) dan memiliki kemampuan untuk
mengubah, serta mengembangkan diri.
h.
Manusia
memiliki motivasi dan kebutuhan.
3.
Pandangan
Islam terhadap Masyarakat berisi pemikiran, bahwa :
a.
Masyarakat
adalah kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan dari berbagai aspek seperti
tanah air, budaya, agama, tradisi dan lain-lain.
b.
Agama
itu adalah kaidah, ibadah dan masalah.
c.
Masyarakat
Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari masyarakat
lain.
d.
Dasar
pembinaan masyarakat Islam adalah akidah, keimanan tentang wujud dan Keesaan
Allah.
e.
Ilmu
adalah sdasar yang terbaik bagi kemajuan masyarakat
f.
Masyarakat
selalu mengalami perubahan
g.
Pentingnya
individu dan keluarga dalam masyarakat
h.
Segala
aktivitas yang diarahkan bagi kesejahteraan bersama, keadila, dan
kemaslahatan-kemanusiaan termasuk bagian dari tujuan syari’at islam
4.
Pandangan
islam terhadap pengetahuan manusia , memuat pemikiran, bahwa :
a.
Pengetahuan
adalah potensi yang dimiliki manusia dalam upaya untuk meningkatkan kehidupan
individu dan masyarakat.
b.
Pengetahuan
terbentuk berdsarkan kemampuan nalar manusia dengan bantuan penginderaan,
sumber pengetahuan adalah wahyu dan nalar.
c.
Pengetahuan
manusia memiliki kadar dan tingkatan yang berbeda sesuai dengan obyek, tujuan
dan metodenya. Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan allah, perbuatan dan mahkluk-Nya.
d.
Pengetahuan
manusia pada hakikatnya adalah hasil penafsiran dan pengungkapan kembali
terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan Allah. Dengan demiian
pengetahuan bukanlah hasil dan proses pemikiran manusia yang optimal secara
murni.
e.
Pengetahuan
dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti pengamatan langsung, penelitian,
kajian terhadap peristiwa, rangkuman dari berbagai pendapat, ataupun melalui
bimbingan ilahi.
f.
Pengetahuan
hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh akidah, karena dapat memberikan
ketentraman batin. Di dalamnya terkandung keyakinan dan kesesuaian dengan
agama.
5.
Pandangan
Islam terhadap akhhlak, mengandung pemikiran bahwa :
a.
Pentingnya
akhlak dalam kehidupan, serta dapat dibentuk melalui upaya pembiasaab yang
baik.
b.
Akhlak
termasuk faktor yang diperoleh dan diipelajari.
c.
Akhlak
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu, tempat, situasi dan kondisi
masyaraka, adat istiadat, sistem dan cita-cita ( pandangan hidup). Dengan
demikian akhlak tidak selalu terpelihara dari pengaruh dari keburukan dan
kesalahan.
d.
Akhlak
sesuai dengan fitrah dan akal sehat manusia ( commonse sense )
e.
Akhlak
mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran islam, yaitu
untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat
f.
Ajaran
islam merupakan sumber nilai-nilai akhlak, karena pada hakikatnya akhlak
merupakan realisasi dari ajaran islam itu sendiri, yakni bagimana hidup beriman
dan bertakwa kepada allah.
g.
Akhlak
berintikan tangung jawab terhadap amanat allah yang keabsahannya dinilai dari
tingkat kemampuan untuk mengaplikasikan hubungan yang sebaik mungkin antar
sesama manusia, seluruh makhluk ciptaan allah atas dasar ridha allah, karena
sesuai ketentuan dan perintah-Nya. Akhlak mulia ( terpuji ) merupakan tujuan
akhir dari sikap hidup yang diinginkan.
Kajian filsafat pendidikan islam
bertitiktolak dari kelima prinsip yang jadi dasar pemikiran tersebut. Kajian
ini kemudian dikembnagkan dalam konteks pendidikan islam, digunakan dalam
menyusun teori-teori pendidikan islam, perumusan dasar dan tujuan. Baik tujuan
jangka pendek, menengah, maupun tujuan akhir yang akan dicapai. Dalam kaitan
dengan sistem pendidikan Islam.
Ruang llingkup kajian filsafat
pendidikan islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungna dengan sistem
pendidikan islam itu sendiri, adapun komponen-komponen yang termasuk dalam
sistem pendidikan islam itu, antar lain dasar yang melandasi pembentukan sistem
tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan islam. Untuk mencapai
tujuan yang dimaksud, makaperlu rumusan mengenai siapa yang didik , siapa
pelaksananya, bagaiman cara penyelenggaranya, sarana dan prasaran yang
diperlukan, materi yang diberikan bagaiman caranya, kondisi apa yang perlu
diciptakan, serta bagaimna mengukur tingkat pencapaiannya.
Pemikiran-pemikiran menggambarkan
cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik, manajemen,
institusi, kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. Semua komponen
tersebut tergabung dalam sebuah sistem, sebab sistem dapat diartikan sebagai
proses yang dapat diartikan proses aktivitas yang didalamnya tersusun
komponen-komponen yang saling menentukan, saling tergantung, dan berhubungan
antara sesamanya, dalam pencapaian tujuan.
Ruang lingkup kajian filsafat
pendidikan islam, mengacu kepada semua aspek yang dianggap mempunyai hubungan
dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas dengan lingkungan institusi
pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar madrasah (sekolah) seperti
lingkungan rumah tangga , lembaga peribadatan, masyarakat, maupun tradisi
sosio-kultural jugablebih rinci, pendidikan pre-natal manjadi kajian khusus
dalam filsafat pendidikan islam.
D. Bentuk-bentuk Filsafat Pendidikan.
Dalam filasafat
terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme,
realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya, karena filsafat pendidikan merupakan
terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beranekaragam alirannya, maka dalam
filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya
sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri. Penulis kemukakan “sekurang-kurangnya”
karena masih terdapat filsafat pendidikan, yang merupakan suatu eklektik
dari berbagai pandangan filsafat
pendidikan yang telah ada.
Brubacher
(1950) mengelompokan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu
filsafat pendidikan “PROGRESIF”, dan filsafat pragmatisme dari John Dewey , dan
romatik naturalisme dari Rooesseau. Yang kedua, didasari oleh filsafat
idealisme, realisme humanisme ( humanisme rasioanal ), dan supranatularisme
atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat
pendidikan esensialisme, perenialisme, dan sebagainya.
Dalm tulisan
ini akan dibahas berbagai mazhabfilsafat pendidikan yaitu :
1) Filsafat
pendidikan idealisme/
2) Filsafat pendidikan realisme.
3) Filsafat pendidikan materialisme .
4) Filsafat pendidikan pragmatisme.
5) Filsafat pendidikan eksistensialisme.
6) Filsafat pendidikan progrevisme.
7) Filsafat pendidikan esensialisme.
8) Filsafat pendidikan perenialisme.
9) Filsafat pendidikan rekontruksionisme.
1) Filsafat pendidikan idealisme
Realitas.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah
roh, bukan materi, bukan fisik , parmenides, filosof dari Elea ( Yunani purba )
berkata “Apa yang tidak dapat
dipikirkan adalah tidak nyata” plato menyatakan bahwa realitas terakhir
adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli
serta abadi.
Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang
disebut “mind”, mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari
duniannya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia.
Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakan semua aktivitas
manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.
Realitas mungkin bersifat personal, dan mungkin juga
bersifat impersonal. Idealisme katolik berpandangan bahwa realitasakhir adalah “god”
dari tiga pribadi yang disebut “trinitas”. Kaum idealisme Kristiani
sepakat dengan idealisme lainnya bahwa manusia adalah makhluk spiritual yang
menggunakan kemauan bebas (free will) dan secara personal bertanggung
jawab terhadap segala perbuatannya.
Pengetahuan.
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan
pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indra tidak pasti dan
tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya
(bayangan), yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya. Pengetahuan yang
benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk
spiritual murni dari benda-benda diluar penjelmaan material. Demikian menurut
Plato. Idealisme metafisika percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan
tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya spiritual, sedangkan jiwa
manusia merupakan bagian dari subtansi spiritual tersebuat.
Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang
dikatakan baik, benar, salah cantik, atau tidak cantik, secara fundamental
tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakekatnya nilai itu tetap. Nilai
tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.
Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme
memberi sumbar yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan khusus
filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-orang yang memilki nama
besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasil pemikirannya, baik
memberikan persetujuannya meupun memberikan kritik, bahkan penolakan.
2)
Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme Rasional.
Realisme rasional dapat didefinidikan pada dua
aliran yaitu realisme klasik dan realisme religius. Bentuk utama dari realisme
religius ialah “ Scholastisisme” realisme klasik ialah filsafat yunani
yang pertama kali dikembangkkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius,
terutama scholatisisme dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquinas menciptakan
filsafat baru dalam agama kristen, yang disebut tomisme, pada saat filsafat
gereja dikuasai oleh neo platonisme yang dipopulerkan oleh plotinus.
Realisme Natural Ilmiah
Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya
sains di eropa pada abad ke 15 dan ke 16 yang dipelopori oleh francis Bacon,
Jhon locke, galileo, david hume, jhon stuart mill, dan lain-lainnya padahal
pada abad ke 20 tercatat pemikiran-pemikiran.
Neo-Realisme dan Realisme Kritis
Selain aliran-aliran realisme diatas, masih
ada lagi pandangan-pandangan lain yang termasuk realisme. Aliran-aliran
tersebut disebut Neo Realisme dari Fedrick Breed. Dan Realisme Kritis dari
Imanuel Kant. Menurut pandangan breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni
dengan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip utama demokrasi adalah
hormat-menghormati atas hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus
diartikan sebagai menerima arah tuntunan sosial dan individual. Istilah
demokrasi harus didefinisikan kembali sebagai pengawasan dan kesejahteraan
sosial
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, Hamdanidan A FuadIhsan.FilsafatPendidikanIslam.Bandung:
Pustaka Setia.2001.
Muhaimin.WacanaPenegmbanganPendidikanIslam.Yogyakarta:PustakaPelajar.Cet
II,2004.
Qomar, Mujamil.EpistemologiPendidikan Islam: Dari
MetodeRasionalHinggaMetodeKritik. Erlangga
Suharto, Toto.FilsafatPendidikan Islam.Yogyakarta:Ar-Ruzz.2006.
Ahmad Hanafi, M.A., PengantarFilsafat Islam,
Cet. IV, BulanBintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., FilsafatPendidikan, Cet. II,
PustakaSetia, Bandung, 2000
Titus, Smith,
Nolan.,Persoalan-persoalanFilsafat, Cet. I, BulanBintang, Jakarta, 1984.
Ali Saifullah H.A., Drs.,
AntaraFilsafatdanPendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Zuhairini.Dra, dkk.,FilsafatPendidikan Islam,
Cet.II, BumiAksara, Jakarta, 1995.
AbuddinNata, M.A., FilsafatPendidikan Islam,
Cet. I, Logos WacanaIlmu, Jakarta, 1997
M. IhsanDacholfanyadalahmahasiswa
ISID 1997 – StafPengajar PP Gontor – Perpustakaan Darussalam)
Akhmad. 2012. PilsafatPendidikan Islam. Diakses
di http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Dr. Omar Mohammad Al-thoumy Al-syaibani. Filsafat
Pendidikan Islam, cetakan pertama -1979
DR. H. Jalaluddin, Filsafat Pendidikan islam,
kalam Mulia, jakarta, 2011
[1]al Ghazali,
Ihya Ulumuddin hlm. 90
[2] Toto Suharto.Filsafat Pendidikan Islam(Yogyakarta:Ar-Ruzz,2006),46.
[3] Ibid.,47-48.
[4] Muhaimin.Wacana Penegmbangan Pendidikan Islam.(Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.Cet II,2004),34-35.
[5] Ibid.,49
[6]omar mohammad al-taumy al-saybani, 1973:33
[7]M. Quraish Shihab, 1996 : 254
[8]M. Quraish shihab : 256
[9]Khursyi Ahmad, 1992 : 17
[10]Khursyi Ahmad,: 17
[11]Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani : 30
[12]Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani, 1979 : 55-363